Dari Wikikamus bahasa Indonesia, kamus bebas
kuntilanak (posesif ku, mu, nya; partikel: kah, lah) ·
Belum ada komentar. Anda dapat menjadi yang pertama
sebagian atau seluruh definisi yang termuat pada halaman ini diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kuntilanak (bahasa Melayu: pontianak atau puntianak) atau sering disingkat kunti adalah hantu yang dipercaya berasal dari perempuan hamil yang meninggal dunia atau wanita yang meninggal karena melahirkan dan anak tersebut belum sempat lahir (keguguran). Nama "puntianak" merupakan singkatan dari "perempuan mati beranak".[1] Mitos ini mirip dengan mitos hantu langsuir yang dikenal di belahan bumi bagian Asia Tenggara, terutama di wilayah Nusantara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, selatan Filipina (Mindanao) dan Thailand (Pattani).[2] Mitos hantu kuntilanak sejak dahulu juga telah menjadi mitos di Nusantara.
Kota Pontianak mendapat namanya karena konon Abdurrahman Alkadrie, pendiri Kesultanan Pontianak, diganggu hantu semacam ini ketika akan menentukan tempat pendirian istana, hal ini pulalah yang mendasari penamaan kota tersebut.
Umumnya, kuntilanak digambarkan sebagai wanita cantik berambut panjang dan berbaju panjang warna putih.[3] Dalam cerita rakyat Melayu, sosok kuntilanak digambarkan dalam bentuk wanita cantik dengan punggung berlubang. Kuntilanak digambarkan senang meneror penduduk kampung untuk menuntut balas. Kuntilanak sewaktu muncul pada bulan purnama dan selalu diiringi harum bunga kemboja. Konon laki-laki yang tidak berhati-hati bisa dibunuh sesudah kuntilanak berubah wujud menjadi penghisap darah petty bersetubuh dengan Kuntilanak dikatakan sering menjelma sebagai wanita cantik yang berjalan seorang diri dijalan yang sunyi. Oleh karena itu, cerita ini kemungkinan bertujuan menghindari golongan wanita daripada diganggu oleh pemuda-pemuda yang takut akan kuntilanak ketika berjalan seorang diri di jalan yang sunyi.
Dalam cerita seram dan film horor di televisi Malaysia, kuntilanak digambarkan membunuh mangsa dengan cara mengisap darah di bagian tengkuk, seperti vampir.
Agak berbeda dengan gambaran menurut tradisi Melayu, kuntilanak menurut tradisi Sunda tidak memiliki lubang di punggung. Jenis yang memiliki lubang di punggung sebagaimana deskripsi di atas disebut sundel bolong. Kuntilanak konon juga menyukai pohon tertentu sebagai tempat "bersemayam", misalnya waru yang tumbuh condong ke samping (populer disebut "waru doyong").
Berdasarkan kepercayaan dan tradisi masyarakat Jawa, kuntilanak tidak akan mengganggu wanita hamil bila wanita tersebut selalu membawa paku, pisau, dan gunting bila bepergian ke mana saja. Hal ini menyebabkan seringnya ditemui kebiasaan meletakkan gunting, jarum, dan pisau di dekat tempat tidur bayi.
Menurut kepercayaan masyarakat Melayu, benda tajam seperti paku bisa menangkal serangan kuntilanak. Ketika kuntilanak menyerang, paku ditancapkan di lubang yang ada di belakang leher kuntilanak. Sementara dalam kepercayaan masyarakat Indonesia lainnya, lokasi untuk menancapkan paku bisa bergeser ke bagian atas, yakni bagian ubun-ubunkuntilanak.
Pandangan yang berbeda diberikan dari pendekatan yang lebih ilmiah dari disiplin ilmu antropologi, salah seorang antropolog asal Jerman menjelaskan bahwa kehadiran narasi mengenai kuntilanak di tengah masyarakat Melayu di masa lampau adalah solusi atas permasalahan keamanan yang sering diderita para kaum wanita, dengan berkembangnya mitos seputar hantu ini akan memberikan efek deteren kepada setiap lelaki untuk berpikir dua kali sebelum mengganggu perempuan di malam hari.[4] Jadi, hadirnya kisah mitologi mengenai kuntilanak adalah bentuk proteksi yang diciptakan masyarakat untuk melindungi perempuan dari segala macam kemungkinan buruk dan resiko buruk yang dialami perempuan saat keluar di malam hari untuk kebutuhan penting, di zaman dahulu dimana akses terhadap keamanan,[5] pengawasan dan keadilan belum sebaik sekarang adalah hal yang wajar jika masyarakat melakukan hal yang demikian, karena ancaman berupa pemerkosaan terhadap wanita sangat merugikan mereka, kemungkinan seperti menanggung anak hasil kegiatan pemerkosaan atau dibunuh oleh si pemerkosa adalah ancaman yang kaum perempuan hadapi.[6]
Munculnya pemahaman akan roh gentayangan seperti kuntilanak di masyarakat Melayu Islam modern ini juga tidak terlepas dari kepercayaan lokal serta paham animisme yang sebelumnya berkembang di masyarakat Nusantara jauh sebelum agama-agama Abrahamik (seperti Islam dan Kristen) maupun agama internasional lainnya seperti Hindu dan Buddha datang ke Kalimantan.[7]
Pengaruh dari kebudayan yang dibawa oleh bangsa-bangsa Eropa seperti Belanda juga turut memperkaya narasi mengenai kuntilanak di Indonesia. Indonesia yang secara spesifik dijajah oleh Belanda, mendapati banyak kebudayaan lokalnya mengalami asimilasi dan akulturasi dari negara kolonialnya salah satunya mengenai narasi kuntilanak. Kolonialisme yang terjadi, telah menjadi latar belakang tercampurnya atau terinspirasinya bentuk penggambaran sosok kuntilanak yang berupa wanita berpakaian daster, sebab penggunaan pakaian daster oleh wanita di Nusantara awalnya dibawa oleh orang Belanda, dan di Belanda juga terdapat cerita rakyat horor dan mistis seperti kuntilanak juga tetapi dengan nama White Lady.
Beberapa orang juga mengklaim bahwa asal muasal penamaan Pontianak berasal dari bahasa Melayu yaitu ponti berasal dari akronim pohon tinggi, yang sangat berhubungan dengan wilayah kota tersebut sebelum didirikan pemukiman yang mana wilayah tersebut ditumbuhi vegetasi yang lebat karena merupakan hutan hujan tropis di pulau Kalimantan.
Kepercayaan akan adanya kuntilanak atau sundel bolong sangat sering dijadikan sebagai bahan legenda urban serta sinema dan menjadi bagian dari kultur pop masyarakat madani (masyarakat islam melayu modern).[8] Berikut adalah beberapa film yang dibuat dengan inspirasi dari kuntilanak.
Serial HBO Asia Halfworlds menampilkan sosok kuntilanak sebagai salah satu dedemit bernama ’Ros’ yang diperankan oleh Tara Basro. Ros digambarkan sebagai kuntilanak yang cantik, penggoda dan merupakan kekasih dari Tony, genderuwo yang diperankan oleh Reza Rahadian. Senjata andalan Ros adalah pasak kuntilanak yang dijadikan asesoris rambut olehnya.
0%0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat
0%0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaat
Safety starts with understanding how developers collect and share your data. Data privacy and security practices may vary based on your use, region, and age. The developer provided this information and may update it over time.
This app may share these data types with third parties
about how developers declare collection
Data is encrypted in transit
Data can’t be deleted
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kuntilanak dapat mengacu pada beberapa hal berikut:
Kuntilanak adalah film horor Indonesia yang dirilis pada tahun 2006. Film yang disutradarai oleh Rizal Mantovani ini dibintangi oleh Julie Estelle, Evan Sanders, dan Ratu Felisha, Sekuel film ini berjudul Kuntilanak 2 dan Kuntilanak 3 dirilis pada tahun 2007 dan 2008.
Setelah kematian ibunya dan perilaku bejat dari ayah tirinya, Samantha, biasa dipanggil Sam, memutuskan menyewa kamar kos di pinggir kota. Sam, yang masih depresi atas kejadian di rumahnya serta mimpi-mimpi buruk yang menghantuinya, membuat hubungannya dengan kekasihnya, Agung menjadi renggang. Sam menyewa sebuah kamar kos di sebuah rumah yang tampak angker dengan kuburan dan sebuah pohon beringin di depannya. Menurut para penduduk, Sam mengetahui bahwa pohon itu diperkirakan sebagai pohon kuntilanak dan lantai dua di rumah kos, yang memiliki tiga lantai itu, dikunci oleh sang pemilik karena lantai itu lebih kotor dibandingkan lantai lain.
Ibu kos Sam, Yanti, menceritakan tentang sejarah bangunan yang kini menjadi tempat kos itu. Diketahui bahwa dahulu, sebuah keluarga produsen batik bernama Mangkoedjiwo membuat pabrik batik dan asrama pekerja di sana, tetapi terjadi kebakaran besar yang memusnahkan aset-aset Mangkoedjiwo dan hanya rumahnya yang masih kokoh dan layak dihuni. Kini, cicit Panembahan Sakti Mangkoedjiwo, Sri Sukma Mangkoedjiwo, menyewakan rumah tersebut untuk kos. Perbincangan yang berubah ke mitos kuntilanak berakhir ketika Yanti menembangkan sebuah durmo yang digunakan untuk memanggil Kuntilanak. Entah kenapa tembang itu membuat Sam menjadi pusing dan keadaan semakin aneh kala ia mengetahui bahwa untuk memanggil kuntilanak, sang pemanggil harus memiliki wangsit. Di kamar Sam, terdapat sebuah cermin antik Mangkoedjiwo yang berjumlah empat di seluruh rumah itu.
Tetangga kamar kos Sam, Mawar, meninggal di sebuah kamar hotel karena serangan kuntilanak ketika ia baru saja mengancam untuk membunuh Sam dengan gunting dan tanpa disadari, Sam langsung menembangkan durmo pemanggil kuntilanak. Setelah itu, seorang pemuda, yang mencoba memerkosa Sam, juga meninggal karena serangan kuntilanak saat diteror di jalan akibat Sam yang menembangkan durmo. Agung, yang akhir-akhir ini meneliti tentang kuntilanak dari sahabatnya, Iwank, mengetahui bahwa sosok kuntilanak, yang biasanya hidup di pohon, dipanggil oleh wangsitnya dan keluar melalui media tertentu untuk masuk ke dunia manusia dan bahwa Mangkoedjiwo dipercaya masyarakat sebagai penganut aliran sesat. Sam, yang ikut bersama Agung ke rumah Iwank, membaca mengenai batik Mangkoedjiwo di mana Sam menemukan tulisan di sketsa batik: "sing kuat sing melihara" (artinya "yang kuat yang pelihara") dan merasa bahwa hal itu diingat di pikirannya. Ketika Sam dan Agung berseteru, Sam menembangkan durmo kembali hingga Agung menghilang saat malam sehari kemudian.
Sahabat Sam, Dinda, meninggal di kamar mandi kos karena Sam menembangkan durmo saat ia masih emosi. Hal itu sudah cukup bagi penghuni kos yang lain untuk pindah dari rumah itu, meninggalkan Sam yang sayup-sayup selalu mendengar suara rintihan permintaan tolong Agung. Akhirnya, Sam berhasil membuka lantai dua dan menemukan Agung serta mengetahui bahwa alasan lantai dua tidak pernah dibuka karena kamar tersebut menjadi tempat untuk memuja kuntilanak dan memberikan pesugihan kepadanya agar kuntilanak tetap menjadi peliharaan Mangkoedjiwo. Alasan yang diberikan Sri Sukma itu menjadi timpalannya dan Sukma meminta agar Sam menjadi penerusnya untuk memanggil kuntilanak. Sam, yang sudah tidak mau melakukan hal itu lagi, ditembangkan durmo oleh Sri Sukma hingga Sam ikut menembangkan durmo itu, tetapi kuntilanak yang dipanggil ternyata memilih menuruti keinginan Sam dengan tanda hidung Sri Sukma yang berdarah.
Untuk menghentikan keluarnya kuntilanak, Sam segera menemukan cermin-cermin Mangkoedjiwo dan memecahkan tiga cermin. Cermin keempat yang sempat dilupakannya berada di lantai dua dan kuntilanak sudah berhasil membunuh Sri Sukma. Kini, kuntilanak ingin menguji keabsahan Sam sebagai pemeliharanya dengan cara membunuh Sam. Sam, yang tiba-tiba ingat akan tulisan di sketsa batik, merapalkannya terus-menerus hingga membuat kuntilanak itu mengetahui bahwa Sam kini adalah pemanggilnya. Sam, yang tidak memecahkan cermin keempat, melantunkan durmo di depan Agung saat beberapa minggu setelah kejadian malam itu, lalu Sam sepertinya mulai bisa memanfaatkan kuntilanak untuk membunuh orang yang jahat terhadapnya.
Kuntilanak (juga dikenal sebagai Kuntilanak 4) adalah film horor Indonesia yang dirilis pada 15 Juni 2018 dan disutradarai oleh Rizal Mantovani. Film ini merupakan kelanjutan dari Kuntilanak 3 yang dirilis pada tahun 2008. Film ini juga dibintangi oleh Sandrinna Michelle, Andryan Bima, Ciara Nadine Brosnan, Adlu Fahrezy, Ali Fikry, dan Nena Rosier.
Lukman Putra dan anaknya, Anjas, tinggal berdua setelah istri dan ibu mereka, Miranda, meninggal karena kecelakaan saat membelikan Anjas mobil mainan. Anjas mendengar namanya disebut dari arah cermin yang digantung di salah satu ruangan rumah dan mendapati ibunya duduk di depan cermin. Ketika Miranda menawarkan Anjas untuk ikut dengannya, Anjas menerima. Seketika itu, Miranda menjelma menjadi Kuntilanak dan membawa Anjas ke dalam cermin.
Empat bulan kemudian, tim program TV "Dimensi Astral" mengunjungi rumah keluarga Lukman yang sekarang terbengkalai untuk melakukan proses syuting. Presenter program, Glen, tertarik dengan cermin Lukman dan mengambilnya untuk digantung di panti asuhan "Kasih Ibu" yang terletak tidak jauh dari rumah Lukman. Panti asuhan dikelola oleh Donna, tetapi dia sedang mengunjungi San Francisco selama tiga minggu. Donna meninggalkan lima anak asuhnya: Kresna, Dinda, Panji, Miko, dan Ambar, untuk diawasi oleh pacar Glen, Lidya. Karena cermin Donna retak, Lidya berencana untuk menggantung cermin yang dibawa Glen sebagai pengganti.
Semenjak cermin Lukman dibawa ke panti asuhan, kejadian aneh mulai menghantui penghuni panti asuhan. Miko membaca buku mengenai makhluk halus dan meyimpulkan bahwa mereka diganggu oleh Kuntilanak, sesosok makhluk yang suka menculik anak. Kebanyakan anak-anak yang diculik akan hilang selamanya, tetapi bila mereka bisa lepas, mereka akan muncul di tempat yang tak terduga. Kelima anak panti asuhan menonton episode Dimensi Astral yang berlatar rumah Lukman dan mengetahui nasib tragis keluarga tersebut. Ketika mereka mendengar dari Glen bahwa studio Dimensi Astral mengadakan sayembara bagi siapa saja yang bisa memotret Kuntilanak, Kresna tertarik dan mengajak saudara angkatnya untuk berkunjung ke rumah Lukman.
Di rumah Lukman, mereka menemukan buku berbahasa Jawa yang membahas keluarga Mangkoedjiwo, pembunuhan yang terjadi di kos, dan wangsit yang konon bisa digunakan untuk mengendalikan Kuntilanak. Saat sedang melihat-lihat, Dinda melihat arwah Anjas memperlihatkan gambar paku. Panji juga menemui Anjas dan disodori mobil mainan miliknya serta gambar dua pohon. Ketika mereka berlima pulang, Panji dicegat oleh Lukman yang mengambil balik mainan Anjas.
Malamnya, Ambar yang tidur di kamar Donna didatangi Kuntilanak yang menyamar sebagai Donna dan berakhir diculik. Lukman datang dan mencoba untuk melepas cermin, tetapi dia diserang oleh Kuntilanak. Ketika giliran Lidya dan Glen yang datang, Lidya dirasuki oleh Kuntilanak, sementara Miko juga diculik. Sebelum terjadi kekacauan lagi, Kresna membaca ukiran cermin yang bertuliskan aksara Jawa dan menyadari bahwa tulisannya: "sing kuat sing melihara" adalah mantra bagi pengguna wangsit untuk mengendalikan Kuntilanak, sehingga dia menyuruh Dinda untuk melafalkan kalimat tersebut. Nyatanya, Dinda mempunyai wangsit, karena Kuntilanak segera keluar dari tubuh Lidya kembali ke cermin. Dinda kemudian menancapkan paku ke kepala Kuntilanak untuk mengusirnya.
Keesokan harinya, Kresna, Dinda, Panji, Lidya, dan Glen menemukan Ambar di atas pohon dan Miko di kandang ayam, persis seperti cerita Miko. Lukman juga menemukan Anjas di antara dua pohon, tetapi karena sudah lewat Jumat Kliwon pertama setelah dia diculik, dia sudah dalam keadaan tak bernyawa. Film ditutup dengan adegan di toko antik, dimana cermin Kuntilanak sekarang bersemayam.
Kuntilanak ditayangkan pada 15 Juni 2018 bersamaan dengan 4 film lainnya, yaitu Dimsum Martabak, Insya Allah Sah 2, Jailangkung 2, dan Target.[1] Film ini berjaya menjaring 1.236.000 penonton di Indonesia, sehingga menempati peringkat 12 dalam 14 film Indonesia yang menjaring lebih dari sejuta penonton.[2]
%PDF-1.5 %���� 598 0 obj <> endobj 605 0 obj <>/Filter/FlateDecode/ID[<8330B0B133E5F3527A5C183C4AA517C6><43841E5960E7E54B92BAF61DCBEEABE7>]/Index[598 11]/Info 597 0 R/Length 54/Prev 1982999/Root 599 0 R/Size 609/Type/XRef/W[1 2 1]>>stream h�bbd``b`[$CA�7��$ �V �Ɣ����)H�������� �H� endstream endobj startxref 0 %%EOF 608 0 obj <>stream h��VmLe�ow-e��+PX��ٕnD����0]��qd�m5����x+wec"�X� �80n1��3��j6�t9�B�����n�������汍_[d�ڐi;��j� !/Y�����ϻ���ⶾS3h�}5|1�Ⱦ�7<����s����.1�@�q����-�/� �3V{���t�{ݢv�����5����B�SMi+��������t�¢�� ��ځ�l�u�C~��ϩ�K�u��ҟU�MF���5�m�^���+%�=�;�:}B|��f7�L(D ��oG#w��Z�4�i���@$��������=`��N���b��� �v F+�O�� v*q�f퇊����a-oX���ڤ[��n3i��DH}U�����n=�Y�GC� ������ icb}� �O3 endstream endobj 599 0 obj <> endobj 600 0 obj <>/ExtGState<>/ProcSet[/PDF/ImageC]/XObject<>>>/Rotate 0/TrimBox[0 0 505.494 685.544]/Type/Page>> endobj 601 0 obj <>stream h�230S0P030W0�T���tvvJ,NM�Ńbml���s�S�_C�`G(7�W�@��H?�� Uߵ��=�$�$U?� "og` KE endstream endobj 602 0 obj <>stream H��A �0��h�֦�wA<� �J��`�9S��� IJJ��p�Xq��xڠ���lJQ"�J�d*�a+�Sa��+� �< endstream endobj 603 0 obj <>stream hޜ�wTT��Ͻwz��0�z�.0��. Qf� �Ml��@DE�����H��b!(�`HPb0���dF�J|yy����ǽ��g�s��{��. $O./� �'�z8�W�Gб� x�� 0Y驾A��@$/7z�� ���H��e��O���OҬT� �_��lN:K��"N����3"��$�F��/JP�rb�[䥟}�Q��d[��S��l1��x{��#b�G�\N��o�X3I���[ql2�� �$�8�x����t�r p��/8�p��C���f�q��.K�njm͠{r2�8��?�����.)ɩL^6 �g�,qm�"[�Z[Z��~Q����7%��"� ��3�������R� `̊j��[�~ :� w���! $E}k���yh�y�Rm��333��������:� }�=#�v����ʉe �tq�X)I)B>==���� �<��8��Xȉ��9
%PDF-1.4
%Çì�¢
5 0 obj
<>
stream
xœí½Ý¯f;rÞÇRœtÇv¾ì8V¶ã$ê£àlñ›\·F†n4}€\H¾ê`4ºHdè¿ŸßS\ïîÑŒ4#MF}4ïiœîzɵ¸ÈbU±XU,þÉKzÍå%éÏ>~~÷Û?˜/øgï(~ùÁïð§øîOÞתÿ(xüüòï¾Û/^/»™ï~ø.½^׺2uù¥�×Q¯þ²Öõº«?¿{ÿòÍwônµëuîß¿«ß¿ùîß÷î÷v»��¶ÿI/öñ�ßå—ÿç][jn¼Ì²Ûø|ÿ쥿|z×rm}¼ä:ó�yáÓ»þ–‡ðºRki$÷[»¹2v¯k+z«–²G�ëKk#t·úQ-íwþÓîÕý{õ£wþ¦ÝøðÎxÝÉç—«æÝBn{2®¼Ÿjy½\im u€�ïr½.—ÕKOí×ëšèT®ÝHQÙÜo=5÷ãõ¢rìF²ÊzŠ&j¹›--ʲZË
½PeÚeEeêÍ
¨Ó•lÓîÌ5xssU7;_rJEßÚ5)·í^ªÞpWi¤¶y§f¿ßW•êÉÚÝC Õç»4ñ¤ð½1´[¢çåjþÖ†Î÷
yØóÖFç5ýúµ_ch�—:��îÊ.ö¸×Л㌛֟ݕ{2rÑ,MtµS–ã)M×â›ent.õc6Ó€‡35œD©ÙÔ@}\—g/§âº!ÐÝO©þJM¤ÒÔRõ€{?“Я@œ¡ì1wá†êݧ%̴ΤÓøD›/|EÄ@9_¾Š8£n$‘‹/žÅÝ�«T³ÍUN³ÅoŠ1(ë“6!×»Ù±a¼[ ]M•s·ß])ÚWïëž”¶Ô$e^šI}�D5ý)ón“KÕäÂl "¤t º]†¨¿¿MŠÊöÇÇ<ÀåJá•$xªœ¹¬œ§$1’¿yº“cÅÇÇt¥ˆšÞnLáëZôBø’(¢¹=³WâDïݘ^W̮ءk>Ön¶'Wsñ^7 §¦i@•’S`î7%±bk”I40½ŠQ!·ˆg=+M^A``Þ•’&&žjñM2�±�ñúC«ß½]3ƹ@Â<â|ÌS9æA‚¹WÏ1IswÅ”YrtQ±ší墵Miý4Ûë)ë›]¢l�!Hs‹ù
h…ÌLÏ' eÃë(m5Wn~€þ!j1@1�BñÍlÕ‘¦ÛvÊz5Á+f+³ÍŠ2ñÜa$³Õ�&b¶ðîžš!ŠÕ<à>2Òá&{ð—°<·BÝèZÚxj¦£±ô1‚ÕF‹A¨Æ4 •û©¶âÍîf%ñ÷J°�Ì1l¥JØj\w嘞z*µŠÑì2¦µÚ2»"^ ViWŠD.Ê$^ÓЈ%Ô'�TbQˆw�KxÛBö9–Ò
I¼' µ~¹z îwÊÖ!¬Qt½�n¥aHe›Ýo.À
Š“SMàÌÒ`–öãÝ(¾B{ë-`IoP(ÖS•ÊqS�)4kî•ÀÄŒ2
�§r?o
ˆR†"q�™$Mr+ÊD’‡M’So’œ-ι‹$§–“äv„êy”è™ë!ɹgÎeHz!S£ b¾BO×!yÕÓ°¬˜ä�lÓÀ f�9F|stSÿn!7Z�²Ì2´âÅ7QùuŽo
ˆo
l”MK†¡‘[_}Yû>5!y%¢—4¤¸µ€u'@æH²“oª‰â¡ÌS6ÏL®3
´2°S¼¨Ç´(ý¹ƒÛf�6µŒ˜•Ð•gMîíl·F=ëyAdO"z¯K³˜D6P¼ˆf‹5f]RdJ6[»œÂ-e’§<%ôÅ›gu™=d
fZ4(-ê3-®yïÙVÝaÕØŸrKÀUBYÒ ¤.Ñ¢‰fåXü–Ö©€èžÁSY©¼Nßy³Òlbþ"Ê´jóBãÍ@kÉeó
U (3�õÅ�÷èGfÉÝ@=À8‹ðkSVôÔБ4ªÔDK5ZZ¥F?ÀåÊPz–H\rk•u„ÚÒäOZ«Þ/’Îj!ñûy
Mjº²œ2½0kѬDÓd=¾©1yi`œ� � -ü¬z�!�
ôUkóJg÷3Å®s-kWs
Ø–ÊØMmý´|XÁ™+Ä€„ •ÖI'k¦:ÄB™‚CŒõp`Ø ÙË30µ¶ÏËÍfö”ûS,YjãÞ@Ž¼^Þl/Ï)ûæÆîdiTì>;�wÝ{’ÕÊyR}‰ÝÑj#v'«Íض*QÜÎ[BŠÛÌÙßgù<ôr1Õë¬ÒPŸ–O¨JÊØz(hê�ËZÈË%ÅÈãn…‘%œA^ æðXãMYqøP�‰Ë.£��(@5±ÖP›
T£-¤; ,Î.8Æ|ø¿ÅFi±VÝ&˜Ó!dz’*ç½c²lZQvW"»~´¼9CËè5c¬2r0„•]Ï:˜f¦™ S™á8Ž™dÇ”TÆ)ew[‚Si)Ün_ˆÃ´"1]³™.!ø�±×åå)kÚX{ÕÛXAÅÀð‡dÂV+H0ŠfÆeš�.T†p±>PûY [· »šÕK|IÐÆj†JŠé r@ßC@„9Ñ“*a€ë‚M \Ø£Š ¿Ðˆƒy
M‹y
3`æÙpw«TÖ±€JÔk¤ñ¾^beÉÒG…<é�êz¡ÄVÈyÀvÊè@º+5Ëy(pb‡ F�J•Ôô,Íz´‰ël
Å\~jÝûF¹Ø˜\——6Ï9dÓ¿¢ì®